Langsung ke konten utama

Akselerasi Digitalisasi Ekonomi dan Keuangan Indonesia dengan QRIS

“Menuju Smart City Melalui Pembayaran Non-Tunai”

Teman-teman milenials pasti pernah kan pergi keluar rumah lupa gak bawa dompet eh sadarnya waktu di depan kasir? Nah loh, gak mungkin dong batal beli padahal udah di depan kasir, alhasil ngutang temen dulu deh. Mulai sekarang gak bakalan deh kejadian kayak gitu terulang lagi dengan adanya QRIS, penasaran kan apa sih QRIS itu?

 

Transaksi di Era Digital

Abad ke-21 adalah era industri digital, transaksi bisnis yang dilakukan di dalam jaringan (online) tentu semakin marak digunakan. Kebutuhan itu terpenuhi dengan banyaknya aplikasi uang elektronik (e-money) yang telah disediakan oleh penyedia layanan aplikasi yang terdaftar dan diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Inovasi uang elektronik ini sebagai alat pembayaran yang praktis dengan harapan dapat memperlancar kegiatan ekonomi (payment) yang bersifat massal dan cepat. Untuk melakukan pembayaran, uang harus terlebih dahulu disimpan dalam aplikasi uang elektronik tertentu sesuai kebutuhan. Lalu bagaimana jika bertransaksi langsung? Saat ke suatu cafe atau toko dan ingin melakukan pembayaran non-tunai tetapi hanya menyediakan satu atau beberapa pilihan aplikasi uang elektronik saja?

 

Solusinya

Tidak perlu download semua aplikasi uang elektronik apalagi pembayaran pakai uang tunai, udah bukan zamannya lagi dong. Bank Indonesia selaku Bank Sentral di Indonesia baru merilis QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard). Bank Indonesia mengembangkan sistem ini agar proses transaksi digital dengan QR Code dapat lebih praktis namun tetap terjaga keamanannya. Sistem ini berupa QR Code yang pastinya sudah familiar di kalangan pengguna digital. Nah apa sih yang membedakan QRIS dengan QR Code pada umumnya?

 

Logo QRIS
Logo QRIS

QRIS, Satu Untuk Semua

Jadi QRIS (read: KRIS) merupakan sistem yang dikembangkan oleh Bank Indonesia untuk pembayaran digital yang membuat transaksi jadi CEMUMUAH (Cepat, Mudah, Murah, Aman, dan Handal). Kok bisa? jadi uang elektronik yang menggunakan QR Code sebagai sistem pembayarannya, wajib menerapkan QRIS. QRIS sudah mendukung semua Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) seperti contohnya OVO, Gopay, Shopeepay, Sakuku, bahkan bisa juga digunakan di mobile banking. Jadi sobat milenials bisa melakukan transaksi non-tunai hanya dengan scan QR Code lewat aplikasi uang elektronik ­apapun yang sudah terstandarisasi QRIS hanya dengan smartphone masing-masing. Lebih kerennya lagi nih, sistem QRIS ini berstandar internasional, pembayaran digital dapat diawasi oleh regulator dan semua aplikasi dari Penyedia Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) bisa saling baca untuk melakukan transaksi, termasuk PJSP milik asing.

 

Penerapan Digitalisasi Daerah

Layanan keuangan dan pembayaran non-tunai menguntungkan untuk banyak pihak termasuk perbankan, UMKM, dan ekonomi masyarakat. Untuk sektor perbankan, transaksi non-tunai bermanfaat melancarkan sirkulasi uang dan mengurangi jumlah uang beredar, ini juga salah satu cara untuk mencegah inflasi, loh. Bagi UMKM, transaksi non-tunai akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembayaran, juga untuk menghindari kedapatan uang palsu. Untuk masyarakat, tentu saja memudahkan pembayaran dan juga praktis karena hanya dengan smartphone dan koneksi internet sudah bisa melakukan transaksi dengan aman dan cepat. Manfaat yang sangat beragam dan menguntungkan ini, maka tidak ada alasan untuk tidak menggunakan QRIS.

Di Kediri Jawa Timur, sudah hampir semua merchant yang menggunakan pembayaran non-tunai beralih ke QRIS, meski sebagian masih menggunakan pembayaran tunai. Sosialisasi dan penggalakkan digitalisasi daerah diperlukan untuk memajukan perekonomian daerah. Salah satu cara yang dilakukan Bank Indonesia untuk mensosialisasikan QRIS dengan cara yang unik dan menarik, dengan diadakannya event FEKDI (Festival Ekonomi dan Keuangan Digital).

Yuk, jadikan kota Kediri dan seluruh kota di Indonesia menjadi Smart City dengan menerapkan Smart Payment lewat pembayaran non-tunai menggunakan QRIS.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biografi Skandar Keynes

Dia adalah seorang aktor Inggris terkenal karena membintangi sebagai Edmund Pevensie dalam film adaptasi The Chronicles of Narnia 2005: Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari. Dia kembali dalam peran Edmund dalam sekuel film The Chronicles of Narnia : Prince Caspian, dan The Chronicles of Narnia : The Voyage of the Dawn Treader.   Melalui ayahnya, Keynes adalah cucu besar dari ilmuwan terkenal Charles Darwin.  Kakek buyutnya Edgar Douglas Adrian, 1st Baron Adrian memenangkan Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1932 .  Kakek dari pihak ibu, Fadlo Cecil Hourani adalah seorang penulis terkenal, dan saudara Albert Hourani yang juga seorang penulis dan profesor terkenal.  Ayah Skandar adalah keturunan Inggris dan ibunya adalah dari Lebanon, serta Persia dan Turki.   Dia menghadiri Anna Scher Teater Sekolah 2000-2005 , dan sebuah sekolah swasta semua-anak laki-laki di City of London School. Menghadiri sekolah yang sama sebagai pelak...

Biografi William Moseley

Dia ingin berakting sejak ia berusia 10 tahun . Aktor muda ini memiliki peran kecil di Goodbye Mr Chips ( 2002) sebagai Forrester , dan ia dilemparkan sebagai tambahan di Cider dengan Rosie ( 1998). Namun, terobosan besar datang ketika ia telah dilemparkan di bagian Peter Pevensie dalam The Chronicles of Narnia : Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari (2005) , dip ilih dari ribuan anak laki-laki untuk peran. Ia berharap ia tidak akan berakhir jenis -cast seperti Petrus dan untuk pergi ke mengukir sukses , karir baik-bulat dalam bertindak dan mengarahkan di masa depan . William selesai Tahun 13 tahun 2006 , dengan A Level di Media Studies , Inggris dan Drama . Pada musim gugur 2006 , ia pindah ke New York selama beberapa minggu untuk belajar akting di bawah Sheila Gray , di mana ia dilatih di gym Gleeson terkenal di Brooklyn sebagai persiapan untuk film The Chronicles of Narnia : Prince Caspian ( 2008 ). Namanya...

Biografi Anna Popplewell

Sejak usia enam tahun, Anna telah menghadiri kelas drama di "Allsorts Drama" sekolah. "Allsorts" memiliki badan yang memungkinkan anak-anak kesempatan untuk bekerja secara profesional di film dan televisi. Dia menghadiri London Utara Collegiate School, sekolah swasta putri bergengsi, di mana dia karena duduk A-Level nya pada Mei 2007. Berperan bersama adiknya di "Love in a Iklim Dingin" (2001). Memiliki pengalaman kerja yang dilakukan untuk obat, hukum dan iklan. Anggota jemaat gereja St Bride di London. Kakeknya Sir Oliver Popplewell adalah hakim Pengadilan Tinggi. Disimpan sebuah jurnal selama pembuatan film The Chronicles of Narnia: Sang Singa, sang Penyihir, dan Lemari (2005), yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku tentang pembuatan film. Mengikuti audisi untuk bagian dari Wendy dalam Peter Pan (2003) tetapi kalah dari Rachel Hurd-Wood. Melalui audisi ini bahwa kakaknya mendapat perannya dalam film tersebut. Gagal tes mengemudi p...